Jumat, 02 Maret 2012


KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA

 

1.   Kerajaan Kutai

  Lokasi_muarakaman_kutai_kartanegara
Prasasti Kerajaan Kutai


Kerajaan hindu yang tertua di Indonesia ialah Kerajaan Kutai. Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 400 masehi. Letaknya di tepi Sungai Mahakam. Kalimantan Timur. Raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Sedangkan raja yang terkenal adalah Mulawarman. Raja Mulawarman menyembah Dewa Siwa.
Kerajaan Kutai adalah kerajaan yang bercorak Hindu terbuti dengan ditemukanya tujuh buah yupa pada tahun 1879 dan 1940 di daerah aliran sungai mahakam. Yupa adalah tiang batu yang bertuliskan berita mengenai Kerajaan Kutai. Tulisan yang terdapat pada yupa menggunakan huruf palawa dan bahasa sangsekerta.
Sejak muncul dan berkembangnya pengaruh hindu (India) di Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam tata pemerintahan, yaitu dari pemerintahan kepala suku menjadi pemerintahan kerajaan dengan seorang raja sebagai kepala pemerintah.
Raja pertama yang berkuasa di Kerajaan Kutai adalah Kudungga, para ahli berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudunga pengaruh hindu baru masuk ke wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahanya menjadi Kerajaan dan mengangkat dirnya menjadi raja, sehingga pergantian raja dilakukan secara turun temurun.
Setelah Raja kudunga wafat, ia digantikan oleh putranya yang bernama Aswawarman. Raja Aswawarman mendapat sebutan wamsakarta artinya pembentuk keluarga atau pendiri keluarga raja (Dinasti). Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Hal ini dibuktikan dengan diadakanya upacara Asmawedha. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Asmawarman kemudian digantikan dengan Mulawarman yang merupakan Raja yang paling terkenal, dibawah pemerintahanya Kerajaan Kutai mengalami masa kejayaan, rakyat hidup tenteram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah akhirnya Raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak. setelah mulawarman wafat perkembangan Kerajaan Kutai selanjutnya tidak dapat diketahui secara jelas hal ini karena keterbatsan dan kurangnya sumber tertulis yang ada.


Nama-Nama Raja Kutai

  1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman
  2. Maharaja Asmawarman
  3. Maharaja Sri Aswawarman
  4. Maharaja Marawijaya Warman
  5. Maharaja Gajayana Warman
  6. Maharaja Tungga Warman
  7. Maharaja Jayanaga Warman
  8. Maharaja Nalasinga Warman
  9. Maharaja Nala Parana Tungga
  10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
  11. Maharaja Indra Warman Dewa
  12. Maharaja Sangga Warman Dewa
  13. Maharaja Candrawarman
  14. Maharaja Sri Langka Dewa
  15. Maharaja Guna Parana Dewa
  16. Maharaja Wijaya Warman
  17. Maharaja Sri Aji Dewa
  18. Maharaja Mulia Putera
  19. Maharaja Nala Pandita
  20. Maharaja Indra Paruta Dewa
  21. Maharaja Dharma Setia

Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) atau disebut upacara Vratyastoma.
Upacara Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para ahli dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana dari orang Indonesia asli. Dengan adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi, terutama dalam hal penguasaan terhadap bahasa Sansekerta pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.

2.    Kerajaan Tarumanegara
            Kerajaan Hindu yang tertua di Pulau Jawa ialah Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan ini berdiri pada tahun 450 letaknya di sekitar Bogor, Jawa Barat. Rajanya yang terkenal adalah Purnawarman. Beliau memeluk agama Hindu dan menyembah Dewa Wisnu. Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti (dari dalam negeri).
 Berita asing : yaitu Berita Cina, dari zaman Dinasti T’ang yang menyebutkan bahwa seorang pendeta yang bernama Fa-Hien terdampar di pantai utara Pulau Jawa (414M) ketika ia hendak kembali dari India ke negerinya di Cina. Dalam catatan perjalananya, ia menyebutkan bahwa di daerah pantai utara Pulau Jawa bagian barat telah ditemukan masyarakat yang mendapat pengaruh Hindu (India). Masyarakat yang ditemukan itu diperkirakan menjadi bagian dari masyarakat Kerajaan Tarumanegara.  
Berita dalam negeri : yaitu berita yang di dalam negeri umum-nya berupa prasasti yang berhuruf palawa dan berbahasa sangsekerta.

Pada zaman Purnawarman , Kerajaan Tarumanegara telah berhasil membuat saluran air. Saluran air ini berfungsi unutk mencegah banjir yang biasanya menyerang lahan pertanian. Peninggalan Kerajaan Tarumanegara berupa tujuh prasasti yang ditemukan di daerah Jawa Barat. Pada umumnya prasasti-prasasti itu ditulis dalam bahasa sangsekerta dan menggunakan hurup pallawa. Ketujuh prasasti itu adalah,
·         prasasti Ciauretiun, (Ciampea,Bogor)            
·         Prasasti Kebon Kopi,(Bogor)
·         Prasati Tugu,(Jakarta Utara)
·         Prasasti Mujul,(Banten)
·         Prasati Jambu, (Bogor)
·         prasasti Pasir Awi,(Leuliwing)
·         dan Prasati Muara Cianten.(Bogor)

Prasasti-prasasti tersebut mengunakan bahasa Sansekerta dan huruf Palawa. Karena pada Prasasti tidak ditemukan angka tahun,maka untuk menentukan tahun tulisan prasasti itu diadakan perbandingan melalui huruf-huruf prasasti yang ditemukan di india.dari perbandingan tersebut,prasasti tersebut diperkirakan di tulis pada abad ke-5 M.

Dari Prasasti Ciaruteun ditafsirkan bahwa kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Tarumanegara di bawah pemerintahan Raja Purnawarman sudah berjalan teratur dan baik.
Dari Prasasti Tugu, diketahui tentang pembangunan atau penggalian saluran Sungai Gomati yang panjangnya 6112tombak (kurang lebih 11km) selesai dikerjakan dalam waktu 21 hari. Setelah selesai penggalian sungai, Raja Purnawarman mengadakan selamatan dengan memberikan hadiah 1.000 ekor sapi kepada Brahmana.
Dari Prasasti-Prasasti  dilihat dari tekhnik dan cara penulisan hurup-hurupnya maka dapat diketahui kehidupan masyarakat Tarumanegara saat itu sudah tinggi.


Kehidupan Politik
Berdasarkan tulisan yang terdapat pada prasasti diketahui bahwa raja yang pernah memerintah di kerajaan Tarumanegara hanyalah Raja Purnawarman. Bahkan raja siapa yang pernah memerintah sebelum dan sesudah Raja Purnawarman tidak pernah diketahui.hal ini dikarenakan tidak terdapatnya data yang menyatakan tentang keberadaan raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tarumanegara

Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyat. Hal ini dibuktikan dari prasasti tugu yang menyatakan Raja Purnawarman telah memerintahkan untuk menggali satu saluran air. Penggalian saluran air sangat besar artinya,karena pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat










3.    Kerajaan Holing
Berdasarkan Dinasti Cina yang berasal dari Dinasti T’ang, letak Holing disebutkan berbatasan dengan laut disebelahan selatan, Ta-hen-la (kamboja) di sebelah utara, Po-li (Bali) di sebelah timur dan To-peng disebelah barat. Nama lain dari Holing adalah Cho-po (Jawa). Berdasarkan berita cina tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho-ling terletak di pulau Jawa (pantai utara jawa tengah). Pendapat lain dikemukakan oleh J.L Moens, sejarawan asal Belanda yang menyatakn bahwa letak Holing dekat dengan dunia perlayaran dan perdagangan.
Pendapat J.L moens itu diperkuat dengan penemuan sebuah kota kecil di Semenanjung Malaya yang Bernama Keling. Satu-satunya sumber sejarah yang menyatakan tentang keberadaan Holing adalah berita cina yang dibawa pendeta It-Tsing. Ia menyebutkan bahwa seorang temanya yang bernama Heu-wing dengan pembantunya Yun-ki pergi ke Holing untuk mempelajari ajaran budha.

Kehidupan Politik
Holing diperintah oleh seorang Raja Putri yang bernama Ratu Sima. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras tetapi adil dan bijaksana. Rakyat tunduk dan taat dengan segala perintah Ratu Sima, bahkan tidak ada satu orangpun yang berani melanggar segala perintahnya.
Raja dari Kerajaan Ta-che pun sempat mengirimkan mata-mata untuk membuktikan kebenaran dari berita itu. Mata-mata tersebut meletakan kantong emas di pinggir jalan dekat dengan pasar. Ternyata, kurang lebih tiga tahun tidak ada yang berani mengambil kantong emas tersebut ataupun menyentuhnya.
Sehingga pada suatu saat ketika Ratu Sima bersama putra mahkota dan diiringi pejabat-pejabat kerajaan mengadakan perjalanan untuk melihat dari dekat keadaan dan kehidupan masyarakatnya. Namun, tanpa sengaja putra mahkota tersandung kantong emas sampai terjatuh, melihat kenyataan itu Ratu Sima sangat marah dan memerintahkan untuk menjatuhkan hukuman mati kepada putra mahkota. Akan tetapi berkat nasihat para pejabat isatana yang menyatakn putra mahkota tidak bersalah, maka hukuman mati tidak jadi dijatuhkan, putra mahkota tetap dijatuhi hukuman dengan memotong jari kakinya yang menyentuh kantong emas tersebut.
Melihat kenyataan itu , Raja Ta-che mengurungkan niatnya untuk menyerang Kerajaan Holing.
Selain itu  Perkembangan kehidupan perekonomian Holing berhasil diketahui dari berita Cina.Disamping itu ada juga berita dari kerajaan yang menunjukan keberadaan pasar di pusat ibu kota Holing.Dengan demikian kehidupan perekonomian pada masa kerajaan Holing sudah berjalan dengan baik karena aktivitas perdagangan sudah dapat dilakukan pada suatu tempat yang disebut pasar.

Prasasti peninggalan Kerajaan Ho-ling adalah Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu daerah Grobogan, Purwodadi di lereng Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.[1]
4.    Kerajaan Melayu

            Kerajaan yang bercorak agama Buddha di Sumatera adalah Kerajaan Melayu. Kerajaan ini dapat digolongkan kedalam kerajaan tertua di Indonesia, Alasanya, kerajaa ini menempati kedudukan istimewa di dalam perkembangan sejarah Indonesia.
Kerajaan Melayu Merupakan salah satu kerajaan terkemuka di Sumatera bagian selatan waktu itu. Kerajaan Melayu diperkirakan berpusat di daerah Jambi yaitu, di tepi kanan kiri tepi sungai Batanghari. Pada sungai Batanghari ini ditemukan peninggalan-peninggalan purba berupa candi-candi, arca dan lain-lainya.
Sumber sejarah yang dapat digunakan untuk meyelidiki kerajaan melayu hanyalah berasal dari sumber Cina,sedangkan yang lain tidak ada.
Seorang musafir cina yang bernama I-tshing (671-695M) menyebutkan dalam bukunya, bahwa abad ke-7 M secara politik Kerajaan Melayu dimasukan kedalam kerajaan Sriwijaya.
.



5.    Kerajaan Sriwijaya



            Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang bukan saja dikenal di Indonesia, tetapi juga dikenal di setiap Bangsa atau Negara. Hal ini disebabkan letak kerajaan Sriwijaya yang strategis dan dekat dengan selat malaka. Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7 Masehi dan berpusat di muara sungai Musi, Palembang.
Kerajaan Sriwijaya mencapai zaman keemasanya ketika diperintah oleh Balaputradewa (putera Samarotungga dari Jawa) yaitu sekitar abad ke-9. pada mulanya Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan kecil. Pusatnya terletak di Muara Takus, Riau sekarang.
Sriwijaya menguasai hampir seluruh Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan semenanjung Melayu. Dengan wilayah yang seluas ini Sriwijaya disebut juga kerajaan Nusantara yang pertama.
 Ada 3 orang Raja yang pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya antara lain, :
a. Dapunta Hyang
            Pada masa pemerintahanya berhasil memperluas kekuasaanya
b. Balaputradewa
            pada masa pemerintahanya berhasil membawa Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kejayaanya.
c. Sanggrama Wijayatuggawarman
            pada masa pemerintahanya, Sriwijaya mendapat ancaman dari Cholamanda di bawah pemerintahan Raja Rajebdra Chola yang kemudian melakukan serangan ke Sriwijaya.
            Sriwijaya disebut kerajaan maritim karena mempunyai armada laut yang kuat dan tangguh. Salah satu pangkalan armada laut sriwijaya terletak di Ligor. Sriwijaya terletak di tengah jalur pelayaran antara India dan Cina.
 Sumber pendapatan Kerajaan Sriwijaya yang paling besar diperoleh dari perdagangan dan pelayaran. Oleh karena itu, dengan segala upaya daya dan kekuatan,  Sriwijaya harus melindungi sumber mata pencaharianya.
Kerajaan Sriwijaya tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan dan pelayaran. Sriwijaya dikenal juga sebbagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha.
I-tsing adalah seorang pendeta Budha ternama dari Cina. Ia tinggal beberapa tahu di Sriwijaya. Pernah menetap pula dua orang mahaguru ilmu agama Budha yang berasal dari India yakni Sakhyakitri dan Dharmapala.
Pada abad ke-11, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Apalagi setelah diserang oleh Raja Colamandala dari India Selatan. Pada tahun 1025, ibukota Sriwijaya diserbu. Dan Raja Sanggarama Wijayatunggawarma ditawan oleh musuh. Dilanjutkan pada tahun 1275 , Singosari menyerbu Kerajaan Sriwijaya,. Kemudian tahun 1377 , Kerajaan Majapahit menyerbu Kerajaan Sriwijaya. Maka sejak saat itu tamatlah riwayat Sriwijaya.

Prasasti-prasasti peninggalan kerajaan sriwijaya:
·         Prasasti Kedukan Bukit
·         Prasasti Telaga Batu
·         Prasasti Talang Tuwo
·         Prasasti Kota Kapur
·         Prasasti Karang Berahi
·         Prasasti Ligor
·         Prasasti Nalanda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar